Fiksi Pilihan

Nada Tinggi Belum Tentu Marah

  Di ruang persiapan, tuan presiden dalam balutan batik kontemporer sekali lagi memandang naskah pidatonya dan memberi perhatian pada tanda-tanda baca warna-warni yang bertebaran di sepanjang naskah.

Gandum dan Ilalang



Seperti di ujung sebuah pagi
saat penggarap-penggarap kebun mengangkat sabit
hendak menyiangi tunas-tunas ilalang di antara tunas-tunas gandum.
Namun pemilik kebun nan bijak cendekia bertitah
“Biarkan keduanya tumbuh bersama,
sampai waktunya tiba.
Panenan gandum dibawa ke dalam lumbung
dan ilalang ke lubang pembakaran.”
.
Demikian pula hakikat manusia.
Kita adalah malaikat sekaligus iblis,
kita adalah terang dan gelap,
siang dan malam,
kita adalah merpati sekaligus ular beludak.
Di dalam hati kita tumbuh kebaikan pula kejahatan.

.
Sehingga Tuhan tidak serta merta melaknat pendosa paling keji,
karena dia masih punya gandum yang tumbuh di antara rimbunnya ilalang.
Pula tidak serta merta menyanjung pendeta paling suci,
karena dia pun masih punya ilalang yang tumbuh di antara bulir-bulir gandum.
.
Jika Tuhan saja masih memberi kesempatan kepada orang jahat untuk bertobat
Mengapa kita mengangkat diri menjadi hakim atas sesama kita?
.
Biarlah tiba saatnya nanti,
masing-masing kita dipanggil ke rumah abadi
untuk mempertanggungjawabkan dosa dan amal di dunia fana ini.
.
Lalu lihatlah,

gandum dipanen dan ilalang dibawa ke tempat pembakaran.

___________

ilustrasi gambar dari: www.gkikotamodern.org

Baca Juga:





 photo Jangancopasing.jpg

Komentar

duh jadi inget dosa saya yang setumpuk nih pak :(
Dy mengatakan…
Analoginya......
Fabina Lovers mengatakan…
Inspiratif..makasih sudah mengingatkan.
Lis Suwasono mengatakan…
Speechless... merenung...
Ryan M. mengatakan…
...wow...
Nita mengatakan…
Idem mba Lis. Salam kenal pa Pical
pical gadi mengatakan…
Kita sama2 introspeksi diri mbak Putri. Sory ya balasnya lama... :)
pical gadi mengatakan…
Makasih mampirnya mbak Dyah..
pical gadi mengatakan…
Sama2 bu Fabina. Trims mampirnya...
pical gadi mengatakan…
Salam kenal mbak Nita. Trims mampirnya bu Lis. Salam hangat
pical gadi mengatakan…
Trims hadirnya mas Ryan M