Fiksi Pilihan

Nada Tinggi Belum Tentu Marah

  Di ruang persiapan, tuan presiden dalam balutan batik kontemporer sekali lagi memandang naskah pidatonya dan memberi perhatian pada tanda-tanda baca warna-warni yang bertebaran di sepanjang naskah.

Gadis Pembungkus Kado

gambar dari: findinghomeonline.com

Terampil tanganmu seperti penganyam tikar pandan
Tulus senyummu seperti cahaya matahari pagi dari bilah papan
Dengan lincah kamu sulap satu persatu kardus bekas jadi hadiah menawan
Bagai petani menyulap petak lumpur jadi kemuning padi dalam hamparan

Sejuknya hawa dan santun desa terpancar dari parasmu
Kontras di tengah pengab udara metropolitan yang penuh kesenangan semu
Walau tamu-tamu toko berwajah masam, senyummu tetap bersemu
Nyata disitu tempaan sungai dan bebukitan yang kau tinggalkan dulu

Gadis pembungkus kado berbaju biru,
Tuan Supervisor mungkin saja tidak mengingat namamu
Apalagi tamu-tamu toko yang kau beri sentuhan kreatifitasmu
Tapi kau beri mereka semua hadiah berharga, senyum dari lubuk kalbu
Yang tak akan bisa ditukar dengan gaji akhir bulan,
Uang dua ribuan
Apalagi longosan dan cibiran

Gadis pembungkus kado berambut sebahu,
Aku gembira sekarang bisa berdiri di depanmu
Membawa rok merah maroon yang baru saja kubawa dari kasir hasil mengayuh becak seminggu
Setelah kau sulap jadi kado berpita ungu
Akan kupersembahkan lagi sebagai tanda cintaku
Padamu
Gadis pembungkus kado,
Jangan terkejut begitu

Tetaplah tersenyum untukku       
 photo Jangancopasing.jpg

Komentar

Maria Etha mengatakan…
Keren .... keren ....keren.
Lis Suwasono mengatakan…
Whoaaa... Cakeeeppp!!!
pical gadi mengatakan…
Wuih, sampe nyebut tiga kali. Trims sudah mampir ya mbak Maria.
pical gadi mengatakan…
:D
Trims mbak Liz udah hadir...
dyah rana mengatakan…
Asik ini Mas Pical, mengcapture profesi yang jarang banget keliatan. Diksinya sederhana dan tulus :)
pical gadi mengatakan…
Trims sudah mampir dan memberi apresiasi mbak Dyah.
Salam hangat